(salah satu pengantar antologi puisi tunggalnya Samsudin Adlawi, “Jaran Goyang”)
Daisuke Miyoshi
http://sastra-indonesia.com/
Sajak-sajak di dalam antologi ini bukan puisi gelap. Berlama-lama saya pandangi, saya pandangi, saya pendangi terus. Diam saya. Terkejut membaca diksi kepada bait. Dari balik diksi itu, satu per satu makna muncul. Seketika menyatu, membuat makna di dalamnya nyata.
Ada ruh di dalamnya. Ada misteri kehidupan. Sajak di sini seperti sengaja dibuat, dengan jiwa dalam waktu yang lama. Kata-kata yang dihadirkan seperti sudah dipertimbangkan penuh pertimbangan. Dan itu lama. Sehingga bait-demi baitnya seperti punya nyawa. Kepada saya, hati bergetar. Makna yang ada membuat hati risau. Ruhnya meniup kepada telinga yang membaca ”Engkau adalah manusia”.
Kangen kepada Tuhan. Penyair sungguh telah padu dengan jiwanya, sehingga dalam antologi ini bukan penyair yang berkata, tapi jiwa. Rangkaian kata yang dibangun bukan kata-kata yang diucapkan mulut, tapi yang dirasakan jiwa. Penyair telah mengingatkan pembaca kepada Tuhan. Membacanya teringat kecilnya manusia, dan besarnya Pencipta.
Kematangan jiwa penyair dapat dilihat dari diksi yang dipakainya. Dari situ tampak keagungan Tuhan. Seolah Tuhan berbisik lembut kepada hamba-Nya.
Penyair hanya membalik-balikkan kata-kata yang ringan, tapi itu membuat maknanya berubah menjadi tajam. Untuk mengartikannya, tidak perlu buka kamus dan waktu lama.
Satu puisi, pesan di baliknya sangat kompleks. Itu tidak semua penyair bisa. Kenyataan para manusia yang lupa, hanya mengejar dunia, penyair mencoba mengingatkannya melalui kata bahwa dunia tidak selamanya.
Ketuhanan ciri khas orang Timur menjadi dasar penciptaan sajak demi sajak yang lahir mengalir dari dalam hatinya.
Analogi yang digunakan penyair pun tidak jauh-jauh. Semua dekat dengan kita. Contohnya; air rintik itu gerimis, mata menitik itu menangis. Semua orang tahu dan dekat dengannya. Sebab, semua orang pernah kehujanan, dan semua orang pernah menangis, paling tidak ketika dilahirkan. Tapi, siapa yang peka terhadap syair itu. Penyair sangat peka dengan kehidupan, karena kematangan jiwanya.
Syair di atas sangat ringan, bahkan sangat ringan sekali. Tetapi, makna di dalamnya sangat dalam, tajam, dan universal. Siapa saja bisa merasa, syair di atas adalah makna. Makna yang diawali dengan perenungan dan diakhiri dengan perenungan pula.
Syair di atas adalah syair yang sukses. Sebab, maknanya telah sampai ke jiwa saya.
Pendapat bahwa karya sastra, termasuk syair, lahir bukan dari kekosongan budaya adalah benar. Dalam antologi ini, pendapat itu dibenarkan. Puisi ini bukan puisi kosong, layak dimaknai semua orang yang bertuhan.
15 Juni 2009
Daisuke Miyoshi (Ehime, Jepang)
Kritikus, ahli bahasa dan sastra Jepang. Sekarang, sedang mendalami bahasa dan sastra Indonesia.
Pelopor Penerbitan Buku di Lamongan, WA: 085 233 316 056 No Rek BRI, Lathifa Akmaliyah 6286-01-028845-53-3
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A. Aziz Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A. Rodhi Murtadho
Aguk Irawan MN
Agus B. Harianto
Akhmad Sekhu
Anakku Inspirasiku
Anett Tapai
Antologi Puisi Kalijaring
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asrama Mahasiswa Aceh Sabena
Awalludin GD Mualif
Beni Setia
Berita Utama
Binhad Nurrohmat
Brunel University London
Buku Kritik Sastra
Catatan
Cover Antologi Puisi Bersama
Cover Antologi Puisi Buwun
Cover Antologi Puisi Empat Kota
Cover Antologi Puisi Kitab Para Malaikat
Cover Antologi Puisi Ngaceng
Cover Antologi Puisi Penyair Perempuan Asas Sihir Terakhir
Cover Antologi Puisi Tunggal ALUSI
Cover Antologi Puisi Wanita Yang Kencing Di Semak
Cover Antologi Sastra Lamongan
Cover Balada-balada Serasi Denyutan Puri
Cover Balada-balada Takdir Terlalu Dini
Cover Jaran Goyang
Cover Jurnal Kebudayaan The Sandour
Cover Kumpulan Cerpen Amuk Tun Teja
Cover Kumpulan Esai Nabi Tanpa Wahyu
Cover Kumpulan Esai Trilogi Kesadaran
Cover Novel Delusi
Cover Novel Kantring Genjer-genjer
Cover Novel KUMALA
Cover Sahibul Hikayat al Hayat
Daisuke Miyoshi
Dari Lisan ke Lisan
Denny Mizhar
Di Balik Semak Pitutur Jawa
Dimas Arika Mihardja
Edisi III
Eka Budianta
Enda Menzies
Esai
Esai-esai Pelopor Pemberontakan Sejarah Kesusastraan Indonesia
Fahrudin Nasrulloh
Fanani Rahman
Gemuruh Ruh
Gerakan Surah Buku (GSB)
Hasnan Bachtiar
Herbarium
Heri Listianto
Herry Lamongan
Hudan Hidayat
Ibnu Wahyudi
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iskandar Noe
Jawa Pos
Jual Buku
Jurnalnet.com
Kembang Sepatu
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Laksmi Shitaresmi
Lampung Post
Leo Tolstoy
Lintang Sastra Yogyakarta
Liza Wahyuninto
Logo
M. Yoesoef
Mahmud Jauhari Ali
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mashuri
Mazhab Kutub
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
MG. Sungatno
Mohammad Eri Irawan
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Murnierida Pram
Nenden Lilis A
Noval Jubbek
Nurdin F. Joes
Nurel Javissyarqi
Obral Buku Lamongan
Obrolan
PDS. H.B. Jassin
Penerbit PUstaka puJAngga
Pontianak Post
Pringadi AS
Psikologi Fenomenologi Eksistensialisme
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang
Pustaka Ilalang Group
PUstaka puJAngga
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Republika
Resensi
Robin Al Kautsar
S.W. Teofani
Samsudin Adlawi
Samsul Anam
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Teater Jerit
Sastra Eksistensialisme-Mistisisme Religius
Sastra Perkelaminan
SastraNesia
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Sihar Ramses Simatupang
Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan
Siwi Dwi Saputro
Sofyan RH. Zaid
Suara Karya
Sungatno
Sunu Wasono
Supaat I. Lathief
Suryanto Sastroatmodjo
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syeh Bejirum dan Rajah Anjing
Tarmuzie
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga
Tosa Poetra
Tu-ngang Iskandar
Universitas Indonesia
Veronika Ninik
Wawan Eko Yulianto
Welly Kuswanto
Yuditeha
Yuningtyas Endarwati
Zainal Arifin Thoha
Isi Kandungan Buku:
- ** Mulanya #
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (I)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (II)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (III)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (IV)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (V)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (VI)
- Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (VII)
- # Akhirnya *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar